MASA NABI MUHAMMAD SAW
1. Dari segi sejarah, ibadah haji seperti yang sekarang ini
merupakan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai langkah
memperbaharui dan menyambung ajaran Nabi Allah Ibrahim as. Ibadah haji mula
diwajibkan ke atas umat Islam pada tahun ke-6 Hijrah, mengikuti turunnya QS
Al-Imran 97, artinya : “..... mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
Pada tahun tersebut, Rasulullah SAW bersama-sama lebih kurang 1500
orang berangkat ke Makkah untuk menunaikan fardhu haji tetapi
tidak dapat mengerjakannya karena dihalangi oleh kaum kafir Quraisy
sehingga melahirkan satu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Hudaibiah.
Perjanjian itu membuka jalan bagi perkembangan Islam di mana pada tahun
berikutnya ( tahun ke-7 Hijrah ), Rasulullah telah mengerjakan Umrah
bersama-sama 2000 orang umat Islam. Pada tahun ke-9 Hijrah, barulah ibadah Haji
dapat dikerjakan di mana Rasulullah SAW menyerahkan kepada Saidina Abu Bakar
Ash-Shiddiq untuk memimpin 300 orang umat Islam mengerjakan haji.
2. Rasulullah SAW mengerjakan haji
Nabi Muhammad SAW telah menunaikan fardhu haji sekali saja dan
umroh 4 kali semasa hayatnya. Haji itu dinamakan Hijjatul Wada/ Hijjatul
Balagh/ Hijjatul Islam atau Hijjatuttamam Wal Kamal kerana selepas haji itu
tidak berapa lama kemudian beliau pun wafat. Beliau berangkat dari Madinatul
Munawwarah pada hari Sabtu, 25 Zulqo’dah tahun 10 Hijrah bersama isteri dan
sahabat-sahabatnya bersama kurang lebih 90,000 orang Islam. Setelah menginap
satu malam di Zulhulaifah, sekarang dikenali dengan nama Bir Ali, 10 km dari
Madinah, esoknya Nabi mengenakan pakaian ihram diikuti seluruh anggota
rombongan. Mereka berjalan bersama-sama dengan pakaian putih yang sederhana,
perlambang kesederhanaan dan persamaan yang amat jelas.
Dengan seluruh kalbu Muhammad SAW menengadahkan wajahnya kepada
Tuhan sembari mengucapkan talbiyah sebagai tanda syukur atas nikmat karunia-Nya
diikuti kaum muslimin di belakangnya: "Labbaik Allahumma Labbaik,Labbaika
laa syarikka laka labbaik, Innal haamda wanni'mata laka wal mulk Laa syariika
laka“, artinya : "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang
memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Ya Allah aku penuhi
panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untuk-Mu
semata-mata.Segenap kerajaan untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”.Di bawah
sengatan matahari gurun, di padang pasir yang tidak dikenal banyak umat,
bergerak arus manusia dan kafilah menuju satu titik. Mereka menyambut panggilan
Nabi Ibrahim as beberapa abad silam. Tidak ada peristiwa yang membedakan
seseorang dengan lainnya. Tidak pula perbedaan ras, bangsa atau warna kulit.
Sesungguhnya, inilah pemandangan paling indah tentang asas persamaan bahwa
semua makhluk sama di depan Tuhan. Yang membedakan, hanya kadar iman dan takwa
seseorang. Mereka memenuhi seruan Nabi untuk saling mengenal, merajut kasih
sayang, keikhlasan hati dan semangat ukhuwah islamiah. Dengan penuh kesabaran
pula mereka menanti tibanya Haji Akbar, dan rasa rindu bertemu Baitullah,
dengan jantung berdegup keras.
Pada tanggal 4 Dzulhijjah rombongan masuk Makkah, selanjutnya Nabi
menuju Ka’bah, melakukan thawaf dan mencium Hajar Aswad. Sesudah tawaf, Nabi
shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim, lalu mencium Hajar Aswad untuk kedua
kalinya. Kemudian menghadapkan wajahnya ke arah bukit Shafa, lalu lari-lari
kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwah. Di situ dimaklumatkan barangsiapa
yang tidak membawa hadyu (ternak kurban untuk disembelih) hendaknya mengakhiri
ihramnya (tahallul) dan menjadikan ibadah itu sebagai umrah. Awalnya maklumat
itu dilaksanakan tanpa sepenuh hati. Nabi marah, sampai-sampai beliau kembali
ke kemahnya. "Bagaimana aku tidak marah, aku menyuruh mereka melakukan
sesuatu, tapi mereka tidak menaatiku," jawab Nabi atas pertanyaan Aisyah.
Namun akhirnya seluruh rombongan menyesali perbuatannya. Mereka segera
ber-tahallul seperti yang dilakukan Fathimah putri Nabi, dan semua istrinya.
Hari ke-8 Zulhijjah yaitu Hari Tarwiyah, beliau pergi ke Mina
bersama rombongannya. Selama satu hari melakukan shalat dan tinggal bersama
kaumnya. Malamnya di saat sang fajar menyembul setelah Shalat Subuh, dengan
menunggang untanya al-Qashwa’, tatkala matahari mulai tampak, beliau menuju
Padang Arafah. Dalam perjalanan yang diikuti ribuan muslim yang mengucapkan
talbiyah dan bertakbir, Nabi mendengarkan dan membiarkan mereka dalam
kekhusyu’an. Pada tanggal 09 Zulhijjah yang jatuh pada hari Jumaat, Rasulullah
SAW melakukan wukuf di Arafah. Ketika berada di perut wadi di bilangan Urana,
masih di atas unta, Nabi berdiri dan berkhutbah di depan lebih 90.000 orang
yang mengelilinginya. Itulah peristiwa bersejarah yang dikenal dengan julukan
“Al-Hijjatul Wada” atau “Haji Perpisahan’. Peristiwa yang begitu mengesankan
dan indah, serta merupakan khulasha (kesimpulan) ajaran Islam dan sunnahnya
yang ia wariskan kepada masyarakat Islam. Khutbah berlangsung di bawah panas
matahari yang mampu membakar ubun-ubun, dan didengarkan dengan khidmat. Kepada
Umayyah bin Rabi’ah bin Khalaf diminta mengulang keras setiap kalimat yang
beliau sampaikan, agar didengar di tempat yang jauh. Sore harinya, rombongan
Rasulullah SAW bergerak ke arah Muzdalifah untuk bermalam di sana. Menjelang
fajar, rombongan menuju ke Mina untuk melakukan pelemparan jumroh kubro
(Aqabah), menyembelih ternak kurban. Kemudian menuju Baitullah untuk
melaksanakan thawaf Ifadha’ dan kembali lagi ke Mina untuk melanjutkan
pelemparan jumroh.
Catatan : melempar jumrah berawal dari mimpi Nabi Ibrahim as yang
diperintah untuk menyembelih putranya Ismail as, dimana pada awalnya beliau
tidak percaya akan mimpi itu, namun karena selalu datang berturut-turut, karena
yakin akan kebenaran mimpi itu Ibrahim as melaksanakan perintah itu dengan
membawa Ismail as melewati tiga tempat dimana beliau diganggu agar mengurungkan
niatnya, namun atas petunjuk Allah diketahui bahwa mereka yang mengganggu
adalah syetan, sampai Ibrahim as melempar batu di tiga tempat itu. Dalam rangkaian
ibadah haji dikenal dengan Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah.
Rasulullah SAW telah menyempurnakan semua rukun dan wajib haji
hingga tanggal 13 Zulhijjah. Dan pada tanggal 14 Zulhijjah, Rasulullah SAW
berangkat meninggalkan Makkah Al-Mukarramah kembali menuju Madinah
Al-Munawwarah.
RISTIWA PADA MASA HIJJATUL WADA'
Di masa wukuf terdapat beberapa peristiwa penting yang bisa
dijadikan pegangan dan panduan umat Islam terhadap suatu masalah, di antaranya
adalah :
a. Rasulullah SAW minum susu di atas unta supaya dilihat oleh orang
ramai bahwa pada hari Arafah itu PEbeliau tidak berpuasa, namun membolehkan
umat Islam berpuasa sunat.
b. Seorang sahabat jatuh dari binatang tunganggannya lalu mati,
Rasulullah SAW menyuruh supaya mayat itu dikafankan dengan 2 kain ihram dan
tidak membenarkan kepalanya ditutup atau diwangikan jasad dan kafannya. Sabda
beliau pada ketika itu bahawa "Sahabat itu akan dibangkitkan pada hari
kiamat di dalam keadaan berihram dan bertalbiyah".
c. Rasulullah SAW menjawab pertanyaan seorang ahli Najdi :
"Apakah Haji itu ?". Beliau menjawab, artinya : " Haji itu
berhenti di Arafah". Siapa tiba di Arafah sebelum naik fajar 10 Zulhijjah
maka ia telah melaksanakan haji.
d. Turunnya ayat suci Al-Quranul Karim surat Al-Maaidah ayat 3 :
“Al yauma akmaltu lakum diinakum, wa atmamtu ‘alaikum ni’matii, wa radhiitu
lakumul islaama dinan …”, yang artinya : " Pada hari ini telah
Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan
aku telah ridha Islam itu menjadi agamamu ….“. (Ayat ini turun ketika
Rasulullah SAW masih berada di atas onta beliau di kaki Jabal Rahmah, suatu
bukit di padang Arafah)
Benarkah Rasulullah Saw Berhaji Cuma Sekali?
Diasuh oleh:
Ust. Muhammad Muafa, M.Pd
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI, Malang, Jawa Timur
Pertanyaan kirim ke: redaksi@suara-islam.com
Ust. Muhammad Muafa, M.Pd
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI, Malang, Jawa Timur
Pertanyaan kirim ke: redaksi@suara-islam.com
sumber::http://www.suara-islam.com/read/index/4672/Benarkah-Rasulullah-Saw-Berhaji-Cuma-Sekali-
Asalamualaikum wr wb. Pertanyaan saya, benarkah Rosululloh melaksanakan ibadah Hajinya cuma sekali dlm seumur hidup beliau.
h.busery" <busery2560@gimail.com>
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Benar. Setelah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhijrah ke Madinah dan turun ayat yang mewajibkan Haji, beliau hanya sempat berhaji sebanyak satu kali yaitu Haji Wada' pada tahun 10 H dan berumroh sebanyak empat kali. Adapun sebelum Hijrah, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji berkali-kali dan hanya Allah yang tahu berapa banyak persisnya.
Haji baru diwajibkan setelah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhijrah ke Madinah, yaitu pada tahun 6 Hijriyah (pendapat lain tahun 9 Hijriyyah). Ketika itu, turun Firman Allah yang berbunyi;
{ ÙˆÙŽÙ„Ùلَّه٠عَلَى النَّاس٠ØÙجّ٠الْبَيْت٠مَن٠اسْتَطَاعَ Ø¥Ùلَيْه٠سَبÙيلًا} [آل عمران: 97]
Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (Ali Imran; 97)
Namun, situasi dan kondisi perjuangan dakwah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam membuat beliau baru sanggup melaksanakan kewajiban Haji ini pada tahun 10 H bersama 100.000 lebih kaum Muslimin yang dikenal dalam sejarah dengan nama Haji Wada' (ØÙجَّة٠الْوَدَاعÙ), atau Haji Balagh, (ØÙجَّة٠الْبَلاَغÙ), atau Haji Islam (ØÙجَّة٠اْلإÙسْلاَمÙ). Dinamakan Haji Wada' ( Haji perpisahan) karena Nabi dalam Haji tersebut mengucapkan Khutbah yang mengandung pesan perpisahan, seakan-akan itu adalah Haji yang terakhir. Dinamakan Haji Balagh (Haji penyampaian), karena pada waktu Haji tersebut Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah dengan banyak nasihat, dan setiap kali menyampaikan satu nasihat beliau bertanya kepada hadirin: apakah aku telah menyampaikan? Dan hadirin menjawab; ya. Lalu beliau bersabda; Ya Allah saksikanlah. Dinamakan Haji Islam , karena Haji tersebut adalah satu-satunya Haji yang ditunaikan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam setelah diwajibkan. Jadi, Haji Wada' adalah satu-satunya Haji yang ditunaikan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam setelah diwajibkan. Haji Wada' memiliki sejumlah nama lain sebagaimana yang telah dijelaskan, namun semuanya menunjuk satu peristiwa Haji Nabi, yaitu Haji Wada' yang beliau lakukan pada tahun 10 H.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam hanya berhaji satu kali setelah Hijrah adalah Hadis berikut;
سنن الترمذى - مكنز (3/ 387، بترقيم الشاملة آليا)
عن قَتَادَة٠قَالَ Ù‚Ùلْت٠لأَنَس٠بْن٠مَالÙك٠كَمْ Øَجَّ النَّبÙىّ٠-صلى الله عليه وسلم- قَالَ Øَجَّةٌ وَاØÙدَةٌ وَاعْتَمَرَ أَرْبَعَ عÙمَر٠عÙمْرَةٌ ÙÙÙ‰ Ø°ÙÙ‰ الْقَعْدَة٠وَعÙمْرَة٠الْØÙدَيْبÙيَة٠وَعÙمْرَةٌ مَعَ ØَجَّتÙه٠وَعÙمْرَة٠الْجÙعÙرَّانَة٠إÙذْ قَسَّمَ غَنÙيمَةَ ØÙنَيْنÙ
Dari Qatadah bercerita; "Aku bertanya kepada Anas bin Malik; 'Berapa kali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan Haji? ' Dia menjawab; 'Satu kali dan berumrah empat kali umrah'; satu kali di bulan Dzul Qa'dah, umrah Hudaibiyah, umrah bersama Haji dan umrah Ji'ronah tatkala membagi harta rampasan perang Hunain'." (H.R. At-Tirmidzi)
Riwayat Bukhari berbunyi;
صØÙŠØ Ø§Ù„Ø¨Ø®Ø§Ø±ÙŠ (13/ 312)
عن زَيْد٠بْن٠أَرْقَمَ أَنَّ النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ غَزَا تÙسْعَ عَشْرَةَ غَزْوَةً وَأَنَّه٠Øَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ Øَجَّةً وَاØÙدَةً لَمْ ÙŠÙŽØÙجَّ بَعْدَهَا Øَجَّةَ الْوَدَاعÙ
قَالَ أَبÙÙˆ Ø¥ÙسْØَاقَ وَبÙمَكَّةَ Ø£Ùخْرَى
Dari Zaid bin Arqam bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas peperangan. Dan beliau melaksanakan Haji setelah Hijrah sebanyak satu kali, dan tidak melaksanakan Haji setelah itu. Haji itu adalah Haji Wada' . (H.R. Bukhari)
Riwayat Muslim berbunyi;
صØÙŠØ Ù…Ø³Ù„Ù… (6/ 322)
عَنْ أَبÙÙŠ Ø¥ÙسْØÙŽÙ‚ÙŽ قَالَ سَأَلْت٠زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ
كَمْ غَزَوْتَ مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَ عَشْرَةَ قَالَ ÙˆÙŽØَدَّثَنÙÙŠ زَيْد٠بْن٠أَرْقَمَ أَنَّ رَسÙولَ اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ غَزَا تÙسْعَ عَشْرَةَ وَأَنَّه٠Øَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ Øَجَّةً وَاØÙدَةً Øَجَّةَ الْوَدَاعÙ
dari Abu Ishaq ia berkata; saya bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Berapa kali Anda berperang bersama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia menjawab, "Tujuh belas kali." Abu Ishaq berkata; Dan telah menceritakan kepadaku Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas kali, dan setelah Hijrah beliau mengerjakan Haji hanya sekali, yaitu Haji Wada' (H.R. Muslim)
Adapun sebelum Hijrah, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam juga berhaji sebagaimana tampak dalam riwayat berikut;
صØÙŠØ Ø§Ù„Ø¨Ø®Ø§Ø±ÙŠ (6/ 116)
عَنْ عَمْرÙÙˆ سَمÙعَ Ù…ÙØَمَّدَ بْنَ جÙبَيْر٠عَنْ أَبÙيه٠جÙبَيْر٠بْن٠مÙطْعÙم٠قَالَ
أَضْلَلْت٠بَعÙيرًا Ù„ÙÙŠ Ùَذَهَبْت٠أَطْلÙبÙه٠يَوْمَ عَرَÙÙŽØ©ÙŽ Ùَرَأَيْت٠النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَاقÙÙًا بÙعَرَÙÙŽØ©ÙŽ ÙÙŽÙ‚Ùلْت٠هَذَا وَاللَّه٠مÙنْ الْØÙمْس٠Ùَمَا شَأْنÙه٠هَا Ù‡Ùنَا
Dari 'Amr dia mendangar Muhammad bin Jubair dari bapaknya, Jubair bin Muth'im berkata: "Aku kehilangan seekor unta milikku, maka aku keluar mencarinya pada hari 'Arafah. Disana aku melihat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam sedang wuquf di 'Arafah. Aku berkata: "Demi Allah, dia dari Al Humus (Quraisy), apa yang dilakukannya disini?". (H.R. Bukhari)
Jubair bin Muth'im pada saat peristiwa kehilangan untanya ini masih kafir dan baru masuk Islam saat Fathu Mekah (pendapat lain; saat perang Khoibar). Karena itu para ulama sepakat bahawa Jubair bin Muth'im ketika melihat Nabi Wukuf di Arofah dalam riwayat ini adalah pada saat beliau masih di Mekah, artinya belum berhijrah. Karena itu, riwayat ini bermakna Nabi juga berhaji saat beliau masih di Mekah.
Namun jumlah persis berapa kali Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji saat masih di Mekah sebelum Hijrah tidak diketahui, karena tidak ada riwayat shahih yang menunjukkan hal tersebut. Adapun Hadis riwayat At-Tirmidzi yang menunjukkan bahwa Nabi berhaji dua kali sebelum Hijrah, yakni riwayat yang berbunyi;
سنن الترمذى (3/ 317)
Øَدَّثَنَا عَبْد٠اللَّه٠بْن٠أَبÙÙŠ زÙيَاد٠الْكÙÙˆÙÙيّ٠Øَدَّثَنَا زَيْد٠بْن٠ØÙبَاب٠عَنْ سÙÙْيَانَ عَنْ جَعْÙَر٠بْن٠مÙØَمَّد٠عَنْ أَبÙيه٠عَنْ جَابÙر٠بْن٠عَبْد٠اللَّهÙ
أَنَّ النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Øَجَّ ثَلَاثَ ØÙجَج٠Øَجَّتَيْن٠قَبْلَ أَنْ ÙŠÙهَاجÙرَ ÙˆÙŽØَجَّةً بَعْدَ مَا هَاجَرَ وَمَعَهَا عÙمْرَةٌ Ùَسَاقَ ثَلَاثَةً وَسÙتّÙينَ بَدَنَةً وَجَاءَ عَلÙيٌّ Ù…Ùنْ الْيَمَن٠بÙبَقÙيَّتÙهَا ÙÙيهَا جَمَلٌ Ù„ÙأَبÙÙŠ جَهْل٠ÙÙÙŠ أَنْÙÙه٠بÙرَةٌ Ù…Ùنْ ÙÙضَّة٠ÙÙŽÙ†ÙŽØَرَهَا رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَأَمَرَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ù…Ùنْ ÙƒÙلّ٠بَدَنَة٠بÙبَضْعَة٠ÙÙŽØ·ÙبÙخَتْ وَشَرÙبَ Ù…Ùنْ مَرَقÙهَا
قَالَ أَبÙÙˆ عÙيسَى هَذَا ØَدÙيثٌ غَرÙيبٌ Ù…Ùنْ ØَدÙيث٠سÙÙْيَانَ لَا نَعْرÙÙÙه٠إÙلَّا Ù…Ùنْ ØَدÙيث٠زَيْد٠بْن٠ØÙبَاب٠وَرَأَيْت٠عَبْدَ اللَّه٠بْنَ عَبْد٠الرَّØْمَن٠رَوَى هَذَا الْØَدÙيثَ ÙÙÙŠ ÙƒÙتÙبÙه٠عَنْ عَبْد٠اللَّه٠بْن٠أَبÙÙŠ زÙيَاد٠قَالَ وَسَأَلْت٠مÙØَمَّدًا عَنْ هَذَا Ùَلَمْ يَعْرÙÙْه٠مÙنْ ØَدÙيث٠الثَّوْرÙيّ٠عَنْ جَعْÙَر٠عَنْ أَبÙيه٠عَنْ جَابÙر٠عَنْ النَّبÙيّ٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَرَأَيْتÙه٠لَمْ يَعÙدَّ هَذَا الْØَدÙيثَ Ù…ÙŽØÙ’ÙÙوظًا Ùˆ قَالَ Ø¥Ùنَّمَا ÙŠÙرْوَى عَنْ الثَّوْرÙيّ٠عَنْ أَبÙÙŠ Ø¥ÙسْØÙŽÙ‚ÙŽ عَنْ Ù…ÙجَاهÙد٠مÙرْسَلًا
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Ziyad Al Kufi telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab dari Sufyan dari Ja'far bin Muhammad dari Ayahnya dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melaksanakan Haji sebanyak tiga kali; dua kali beliau lakukan sebelum Hijrah dan satu kali setelah Hijrah beserta umrah dengan membawa enam puluh tiga ekor badanah (unta). Lalu Ali tiba dari Yaman dengan membawa sisanya, di antaranya terdapat unta Abu Jahal pada hidungnya terdapat lingkaran dari perak. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelihnya. Beliau juga memerintahkan (untuk mengambil) sebagian dari tiap-tiap unta untuk dimasak. Lalu beliau meminum kuahnya. Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits gharib dari hadits Sufyan, yang tidak kami ketahui kecuali dari hadits Zaid bin Hubab. Saya melihat Abdullah bin Abdurrahman meriwayatkan hadits ini dalam buku-bukunya, dari Abdullah bin Abu Ziyad. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Saya bertanya kepada Muhammad tentang hadits ini, namun dia tidak mengetahuinya dari hadits Ats Tsauri dari Ja'far dari ayahnya dari Jabir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.Saya melihat (Muhammad) tidak memasukannya dalam hadits yang mahfuzh, dia berkata; 'Akan tetapi diriwayatkan dari Ats Tsauri dari Abu Ishaq dari Mujahid secara mursal'." (H.R. At-Tirmidzi)
Maka, riwayat ini adalah riwayat Syadz sehingga terkategori Hadis Dhoif yang tidak bisa dijadikan pegangan. At-Tirmidzi sendiri yang meriwayatkan Hadis ini menggolongkannya sebagai Hadis Ghorib. Ketika At-Tirmidzi menanyakan kepada Bukhari kualitas Hadis ini, At-Tirmidzi memahami dari penjelasan Bukhari bahwa Hadis ini tergolong Hadis Syadz.
Asalamualaikum wr wb. Pertanyaan saya, benarkah Rosululloh melaksanakan ibadah Hajinya cuma sekali dlm seumur hidup beliau.
h.busery" <busery2560@gimail.com>
Jawaban:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Benar. Setelah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhijrah ke Madinah dan turun ayat yang mewajibkan Haji, beliau hanya sempat berhaji sebanyak satu kali yaitu Haji Wada' pada tahun 10 H dan berumroh sebanyak empat kali. Adapun sebelum Hijrah, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji berkali-kali dan hanya Allah yang tahu berapa banyak persisnya.
Haji baru diwajibkan setelah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhijrah ke Madinah, yaitu pada tahun 6 Hijriyah (pendapat lain tahun 9 Hijriyyah). Ketika itu, turun Firman Allah yang berbunyi;
{ ÙˆÙŽÙ„Ùلَّه٠عَلَى النَّاس٠ØÙجّ٠الْبَيْت٠مَن٠اسْتَطَاعَ Ø¥Ùلَيْه٠سَبÙيلًا} [آل عمران: 97]
Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (Ali Imran; 97)
Namun, situasi dan kondisi perjuangan dakwah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam membuat beliau baru sanggup melaksanakan kewajiban Haji ini pada tahun 10 H bersama 100.000 lebih kaum Muslimin yang dikenal dalam sejarah dengan nama Haji Wada' (ØÙجَّة٠الْوَدَاعÙ), atau Haji Balagh, (ØÙجَّة٠الْبَلاَغÙ), atau Haji Islam (ØÙجَّة٠اْلإÙسْلاَمÙ). Dinamakan Haji Wada' ( Haji perpisahan) karena Nabi dalam Haji tersebut mengucapkan Khutbah yang mengandung pesan perpisahan, seakan-akan itu adalah Haji yang terakhir. Dinamakan Haji Balagh (Haji penyampaian), karena pada waktu Haji tersebut Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah dengan banyak nasihat, dan setiap kali menyampaikan satu nasihat beliau bertanya kepada hadirin: apakah aku telah menyampaikan? Dan hadirin menjawab; ya. Lalu beliau bersabda; Ya Allah saksikanlah. Dinamakan Haji Islam , karena Haji tersebut adalah satu-satunya Haji yang ditunaikan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam setelah diwajibkan. Jadi, Haji Wada' adalah satu-satunya Haji yang ditunaikan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam setelah diwajibkan. Haji Wada' memiliki sejumlah nama lain sebagaimana yang telah dijelaskan, namun semuanya menunjuk satu peristiwa Haji Nabi, yaitu Haji Wada' yang beliau lakukan pada tahun 10 H.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam hanya berhaji satu kali setelah Hijrah adalah Hadis berikut;
سنن الترمذى - مكنز (3/ 387، بترقيم الشاملة آليا)
عن قَتَادَة٠قَالَ Ù‚Ùلْت٠لأَنَس٠بْن٠مَالÙك٠كَمْ Øَجَّ النَّبÙىّ٠-صلى الله عليه وسلم- قَالَ Øَجَّةٌ وَاØÙدَةٌ وَاعْتَمَرَ أَرْبَعَ عÙمَر٠عÙمْرَةٌ ÙÙÙ‰ Ø°ÙÙ‰ الْقَعْدَة٠وَعÙمْرَة٠الْØÙدَيْبÙيَة٠وَعÙمْرَةٌ مَعَ ØَجَّتÙه٠وَعÙمْرَة٠الْجÙعÙرَّانَة٠إÙذْ قَسَّمَ غَنÙيمَةَ ØÙنَيْنÙ
Dari Qatadah bercerita; "Aku bertanya kepada Anas bin Malik; 'Berapa kali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan Haji? ' Dia menjawab; 'Satu kali dan berumrah empat kali umrah'; satu kali di bulan Dzul Qa'dah, umrah Hudaibiyah, umrah bersama Haji dan umrah Ji'ronah tatkala membagi harta rampasan perang Hunain'." (H.R. At-Tirmidzi)
Riwayat Bukhari berbunyi;
صØÙŠØ Ø§Ù„Ø¨Ø®Ø§Ø±ÙŠ (13/ 312)
عن زَيْد٠بْن٠أَرْقَمَ أَنَّ النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ غَزَا تÙسْعَ عَشْرَةَ غَزْوَةً وَأَنَّه٠Øَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ Øَجَّةً وَاØÙدَةً لَمْ ÙŠÙŽØÙجَّ بَعْدَهَا Øَجَّةَ الْوَدَاعÙ
قَالَ أَبÙÙˆ Ø¥ÙسْØَاقَ وَبÙمَكَّةَ Ø£Ùخْرَى
Dari Zaid bin Arqam bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas peperangan. Dan beliau melaksanakan Haji setelah Hijrah sebanyak satu kali, dan tidak melaksanakan Haji setelah itu. Haji itu adalah Haji Wada' . (H.R. Bukhari)
Riwayat Muslim berbunyi;
صØÙŠØ Ù…Ø³Ù„Ù… (6/ 322)
عَنْ أَبÙÙŠ Ø¥ÙسْØÙŽÙ‚ÙŽ قَالَ سَأَلْت٠زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ
كَمْ غَزَوْتَ مَعَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَ عَشْرَةَ قَالَ ÙˆÙŽØَدَّثَنÙÙŠ زَيْد٠بْن٠أَرْقَمَ أَنَّ رَسÙولَ اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ غَزَا تÙسْعَ عَشْرَةَ وَأَنَّه٠Øَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ Øَجَّةً وَاØÙدَةً Øَجَّةَ الْوَدَاعÙ
dari Abu Ishaq ia berkata; saya bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Berapa kali Anda berperang bersama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia menjawab, "Tujuh belas kali." Abu Ishaq berkata; Dan telah menceritakan kepadaku Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas kali, dan setelah Hijrah beliau mengerjakan Haji hanya sekali, yaitu Haji Wada' (H.R. Muslim)
Adapun sebelum Hijrah, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam juga berhaji sebagaimana tampak dalam riwayat berikut;
صØÙŠØ Ø§Ù„Ø¨Ø®Ø§Ø±ÙŠ (6/ 116)
عَنْ عَمْرÙÙˆ سَمÙعَ Ù…ÙØَمَّدَ بْنَ جÙبَيْر٠عَنْ أَبÙيه٠جÙبَيْر٠بْن٠مÙطْعÙم٠قَالَ
أَضْلَلْت٠بَعÙيرًا Ù„ÙÙŠ Ùَذَهَبْت٠أَطْلÙبÙه٠يَوْمَ عَرَÙÙŽØ©ÙŽ Ùَرَأَيْت٠النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَاقÙÙًا بÙعَرَÙÙŽØ©ÙŽ ÙÙŽÙ‚Ùلْت٠هَذَا وَاللَّه٠مÙنْ الْØÙمْس٠Ùَمَا شَأْنÙه٠هَا Ù‡Ùنَا
Dari 'Amr dia mendangar Muhammad bin Jubair dari bapaknya, Jubair bin Muth'im berkata: "Aku kehilangan seekor unta milikku, maka aku keluar mencarinya pada hari 'Arafah. Disana aku melihat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam sedang wuquf di 'Arafah. Aku berkata: "Demi Allah, dia dari Al Humus (Quraisy), apa yang dilakukannya disini?". (H.R. Bukhari)
Jubair bin Muth'im pada saat peristiwa kehilangan untanya ini masih kafir dan baru masuk Islam saat Fathu Mekah (pendapat lain; saat perang Khoibar). Karena itu para ulama sepakat bahawa Jubair bin Muth'im ketika melihat Nabi Wukuf di Arofah dalam riwayat ini adalah pada saat beliau masih di Mekah, artinya belum berhijrah. Karena itu, riwayat ini bermakna Nabi juga berhaji saat beliau masih di Mekah.
Namun jumlah persis berapa kali Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji saat masih di Mekah sebelum Hijrah tidak diketahui, karena tidak ada riwayat shahih yang menunjukkan hal tersebut. Adapun Hadis riwayat At-Tirmidzi yang menunjukkan bahwa Nabi berhaji dua kali sebelum Hijrah, yakni riwayat yang berbunyi;
سنن الترمذى (3/ 317)
Øَدَّثَنَا عَبْد٠اللَّه٠بْن٠أَبÙÙŠ زÙيَاد٠الْكÙÙˆÙÙيّ٠Øَدَّثَنَا زَيْد٠بْن٠ØÙبَاب٠عَنْ سÙÙْيَانَ عَنْ جَعْÙَر٠بْن٠مÙØَمَّد٠عَنْ أَبÙيه٠عَنْ جَابÙر٠بْن٠عَبْد٠اللَّهÙ
أَنَّ النَّبÙيَّ صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Øَجَّ ثَلَاثَ ØÙجَج٠Øَجَّتَيْن٠قَبْلَ أَنْ ÙŠÙهَاجÙرَ ÙˆÙŽØَجَّةً بَعْدَ مَا هَاجَرَ وَمَعَهَا عÙمْرَةٌ Ùَسَاقَ ثَلَاثَةً وَسÙتّÙينَ بَدَنَةً وَجَاءَ عَلÙيٌّ Ù…Ùنْ الْيَمَن٠بÙبَقÙيَّتÙهَا ÙÙيهَا جَمَلٌ Ù„ÙأَبÙÙŠ جَهْل٠ÙÙÙŠ أَنْÙÙه٠بÙرَةٌ Ù…Ùنْ ÙÙضَّة٠ÙÙŽÙ†ÙŽØَرَهَا رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَأَمَرَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ Ù…Ùنْ ÙƒÙلّ٠بَدَنَة٠بÙبَضْعَة٠ÙÙŽØ·ÙبÙخَتْ وَشَرÙبَ Ù…Ùنْ مَرَقÙهَا
قَالَ أَبÙÙˆ عÙيسَى هَذَا ØَدÙيثٌ غَرÙيبٌ Ù…Ùنْ ØَدÙيث٠سÙÙْيَانَ لَا نَعْرÙÙÙه٠إÙلَّا Ù…Ùنْ ØَدÙيث٠زَيْد٠بْن٠ØÙبَاب٠وَرَأَيْت٠عَبْدَ اللَّه٠بْنَ عَبْد٠الرَّØْمَن٠رَوَى هَذَا الْØَدÙيثَ ÙÙÙŠ ÙƒÙتÙبÙه٠عَنْ عَبْد٠اللَّه٠بْن٠أَبÙÙŠ زÙيَاد٠قَالَ وَسَأَلْت٠مÙØَمَّدًا عَنْ هَذَا Ùَلَمْ يَعْرÙÙْه٠مÙنْ ØَدÙيث٠الثَّوْرÙيّ٠عَنْ جَعْÙَر٠عَنْ أَبÙيه٠عَنْ جَابÙر٠عَنْ النَّبÙيّ٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ وَرَأَيْتÙه٠لَمْ يَعÙدَّ هَذَا الْØَدÙيثَ Ù…ÙŽØÙ’ÙÙوظًا Ùˆ قَالَ Ø¥Ùنَّمَا ÙŠÙرْوَى عَنْ الثَّوْرÙيّ٠عَنْ أَبÙÙŠ Ø¥ÙسْØÙŽÙ‚ÙŽ عَنْ Ù…ÙجَاهÙد٠مÙرْسَلًا
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Ziyad Al Kufi telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab dari Sufyan dari Ja'far bin Muhammad dari Ayahnya dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melaksanakan Haji sebanyak tiga kali; dua kali beliau lakukan sebelum Hijrah dan satu kali setelah Hijrah beserta umrah dengan membawa enam puluh tiga ekor badanah (unta). Lalu Ali tiba dari Yaman dengan membawa sisanya, di antaranya terdapat unta Abu Jahal pada hidungnya terdapat lingkaran dari perak. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelihnya. Beliau juga memerintahkan (untuk mengambil) sebagian dari tiap-tiap unta untuk dimasak. Lalu beliau meminum kuahnya. Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits gharib dari hadits Sufyan, yang tidak kami ketahui kecuali dari hadits Zaid bin Hubab. Saya melihat Abdullah bin Abdurrahman meriwayatkan hadits ini dalam buku-bukunya, dari Abdullah bin Abu Ziyad. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Saya bertanya kepada Muhammad tentang hadits ini, namun dia tidak mengetahuinya dari hadits Ats Tsauri dari Ja'far dari ayahnya dari Jabir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.Saya melihat (Muhammad) tidak memasukannya dalam hadits yang mahfuzh, dia berkata; 'Akan tetapi diriwayatkan dari Ats Tsauri dari Abu Ishaq dari Mujahid secara mursal'." (H.R. At-Tirmidzi)
Maka, riwayat ini adalah riwayat Syadz sehingga terkategori Hadis Dhoif yang tidak bisa dijadikan pegangan. At-Tirmidzi sendiri yang meriwayatkan Hadis ini menggolongkannya sebagai Hadis Ghorib. Ketika At-Tirmidzi menanyakan kepada Bukhari kualitas Hadis ini, At-Tirmidzi memahami dari penjelasan Bukhari bahwa Hadis ini tergolong Hadis Syadz.
Ibnu Hajar Al-'Asqolani dalam kitabnya Fathul Bari, syarah Shahih Bukhari menegaskan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji berkali-kali saat berada di Mekah, namun tidak menjelaskan angka persisnya. Beliau berkata;
ÙØªØ Ø§Ù„Ø¨Ø§Ø±ÙŠ لابن Øجر (12/ 222)
Øَجَّ قَبْل أَنْ ÙŠÙهَاجÙر Ù…Ùرَارًا ØŒ بَلْ الَّذÙÙŠ لَا أَرْتَاب ÙÙيه٠أَنَّه٠لَمْ يَتْرÙÙƒ الْØَجّ ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ بÙمَكَّة قَطّÙ
"Beliau (Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam) berhaji sebelum Hijrah berkali-kali. Bahkan, yang tidak ada keraguan lagi adalah beliau tidak pernah meninggalkan Haji sama sekali pada saat di Mekah"(Fathu Al-Bari, vol. 12 hlm 222)
Jadi, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam hanya berhaji satu kali selama hidup di Madinah (setelah Hijrah), dan berhaji berkali-kali (dengan jumlah yang diketahui Allah) ketika berada di Mekah.Wallahua'lam.
ÙØªØ Ø§Ù„Ø¨Ø§Ø±ÙŠ لابن Øجر (12/ 222)
Øَجَّ قَبْل أَنْ ÙŠÙهَاجÙر Ù…Ùرَارًا ØŒ بَلْ الَّذÙÙŠ لَا أَرْتَاب ÙÙيه٠أَنَّه٠لَمْ يَتْرÙÙƒ الْØَجّ ÙˆÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ بÙمَكَّة قَطّÙ
"Beliau (Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam) berhaji sebelum Hijrah berkali-kali. Bahkan, yang tidak ada keraguan lagi adalah beliau tidak pernah meninggalkan Haji sama sekali pada saat di Mekah"(Fathu Al-Bari, vol. 12 hlm 222)
Jadi, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam hanya berhaji satu kali selama hidup di Madinah (setelah Hijrah), dan berhaji berkali-kali (dengan jumlah yang diketahui Allah) ketika berada di Mekah.Wallahua'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar