Jumat, 20 Maret 2015

Benarkah Rasulullah Saw Berhaji Cuma Sekali?

MASA NABI MUHAMMAD SAW
1. Dari segi sejarah, ibadah haji seperti yang sekarang ini merupakan syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai langkah memperbaharui dan menyambung ajaran Nabi Allah Ibrahim as. Ibadah haji mula diwajibkan ke atas umat Islam pada tahun ke-6 Hijrah, mengikuti turunnya QS Al-Imran 97, artinya : “..... mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.

Pada tahun tersebut, Rasulullah SAW bersama-sama lebih kurang 1500 orang berangkat ke Makkah untuk menunaikan fardhu haji tetapi

tidak dapat mengerjakannya karena dihalangi oleh kaum kafir Quraisy sehingga melahirkan satu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Hudaibiah. Perjanjian itu membuka jalan bagi perkembangan Islam di mana pada tahun berikutnya ( tahun ke-7 Hijrah ), Rasulullah telah mengerjakan Umrah bersama-sama 2000 orang umat Islam. Pada tahun ke-9 Hijrah, barulah ibadah Haji dapat dikerjakan di mana Rasulullah SAW menyerahkan kepada Saidina Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memimpin 300 orang umat Islam mengerjakan haji.

2. Rasulullah SAW mengerjakan haji

Nabi Muhammad SAW telah menunaikan fardhu haji sekali saja dan umroh 4 kali semasa hayatnya. Haji itu dinamakan Hijjatul Wada/ Hijjatul Balagh/ Hijjatul Islam atau Hijjatuttamam Wal Kamal kerana selepas haji itu tidak berapa lama kemudian beliau pun wafat. Beliau berangkat dari Madinatul Munawwarah pada hari Sabtu, 25 Zulqo’dah tahun 10 Hijrah bersama isteri dan sahabat-sahabatnya bersama kurang lebih 90,000 orang Islam. Setelah menginap satu malam di Zulhulaifah, sekarang dikenali dengan nama Bir Ali, 10 km dari Madinah, esoknya Nabi mengenakan pakaian ihram diikuti seluruh anggota rombongan. Mereka berjalan bersama-sama dengan pakaian putih yang sederhana, perlambang kesederhanaan dan persamaan yang amat jelas.

Dengan seluruh kalbu Muhammad SAW menengadahkan wajahnya kepada Tuhan sembari mengucapkan talbiyah sebagai tanda syukur atas nikmat karunia-Nya diikuti kaum muslimin di belakangnya: "Labbaik Allahumma Labbaik,Labbaika laa syarikka laka labbaik, Innal haamda wanni'mata laka wal mulk Laa syariika laka“, artinya : "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untuk-Mu semata-mata.Segenap kerajaan untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”.Di bawah sengatan matahari gurun, di padang pasir yang tidak dikenal banyak umat, bergerak arus manusia dan kafilah menuju satu titik. Mereka menyambut panggilan Nabi Ibrahim as beberapa abad silam. Tidak ada peristiwa yang membedakan seseorang dengan lainnya. Tidak pula perbedaan ras, bangsa atau warna kulit. Sesungguhnya, inilah pemandangan paling indah tentang asas persamaan bahwa semua makhluk sama di depan Tuhan. Yang membedakan, hanya kadar iman dan takwa seseorang. Mereka memenuhi seruan Nabi untuk saling mengenal, merajut kasih sayang, keikhlasan hati dan semangat ukhuwah islamiah. Dengan penuh kesabaran pula mereka menanti tibanya Haji Akbar, dan rasa rindu bertemu Baitullah, dengan jantung berdegup keras.

Pada tanggal 4 Dzulhijjah rombongan masuk Makkah, selanjutnya Nabi menuju Ka’bah, melakukan thawaf dan mencium Hajar Aswad. Sesudah tawaf, Nabi shalat dua rakaat di Maqam Ibrahim, lalu mencium Hajar Aswad untuk kedua kalinya. Kemudian menghadapkan wajahnya ke arah bukit Shafa, lalu lari-lari kecil antara bukit Shafa dan bukit Marwah. Di situ dimaklumatkan barangsiapa yang tidak membawa hadyu (ternak kurban untuk disembelih) hendaknya mengakhiri ihramnya (tahallul) dan menjadikan ibadah itu sebagai umrah. Awalnya maklumat itu dilaksanakan tanpa sepenuh hati. Nabi marah, sampai-sampai beliau kembali ke kemahnya. "Bagaimana aku tidak marah, aku menyuruh mereka melakukan sesuatu, tapi mereka tidak menaatiku," jawab Nabi atas pertanyaan Aisyah. Namun akhirnya seluruh rombongan menyesali perbuatannya. Mereka segera ber-tahallul seperti yang dilakukan Fathimah putri Nabi, dan semua istrinya.

Hari ke-8 Zulhijjah yaitu Hari Tarwiyah, beliau pergi ke Mina bersama rombongannya. Selama satu hari melakukan shalat dan tinggal bersama kaumnya. Malamnya di saat sang fajar menyembul setelah Shalat Subuh, dengan menunggang untanya al-Qashwa’, tatkala matahari mulai tampak, beliau menuju Padang Arafah. Dalam perjalanan yang diikuti ribuan muslim yang mengucapkan talbiyah dan bertakbir, Nabi mendengarkan dan membiarkan mereka dalam kekhusyu’an. Pada tanggal 09 Zulhijjah yang jatuh pada hari Jumaat, Rasulullah SAW melakukan wukuf di Arafah. Ketika berada di perut wadi di bilangan Urana, masih di atas unta, Nabi berdiri dan berkhutbah di depan lebih 90.000 orang yang mengelilinginya. Itulah peristiwa bersejarah yang dikenal dengan julukan “Al-Hijjatul Wada” atau “Haji Perpisahan’. Peristiwa yang begitu mengesankan dan indah, serta merupakan khulasha (kesimpulan) ajaran Islam dan sunnahnya yang ia wariskan kepada masyarakat Islam. Khutbah berlangsung di bawah panas matahari yang mampu membakar ubun-ubun, dan didengarkan dengan khidmat. Kepada Umayyah bin Rabi’ah bin Khalaf diminta mengulang keras setiap kalimat yang beliau sampaikan, agar didengar di tempat yang jauh. Sore harinya, rombongan Rasulullah SAW bergerak ke arah Muzdalifah untuk bermalam di sana. Menjelang fajar, rombongan menuju ke Mina untuk melakukan pelemparan jumroh kubro (Aqabah), menyembelih ternak kurban. Kemudian menuju Baitullah untuk melaksanakan thawaf Ifadha’ dan kembali lagi ke Mina untuk melanjutkan pelemparan jumroh.
Catatan : melempar jumrah berawal dari mimpi Nabi Ibrahim as yang diperintah untuk menyembelih putranya Ismail as, dimana pada awalnya beliau tidak percaya akan mimpi itu, namun karena selalu datang berturut-turut, karena yakin akan kebenaran mimpi itu Ibrahim as melaksanakan perintah itu dengan membawa Ismail as melewati tiga tempat dimana beliau diganggu agar mengurungkan niatnya, namun atas petunjuk Allah diketahui bahwa mereka yang mengganggu adalah syetan, sampai Ibrahim as melempar batu di tiga tempat itu. Dalam rangkaian ibadah haji dikenal dengan Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah.

Rasulullah SAW telah menyempurnakan semua rukun dan wajib haji hingga tanggal 13 Zulhijjah. Dan pada tanggal 14 Zulhijjah, Rasulullah SAW berangkat meninggalkan Makkah Al-Mukarramah kembali menuju Madinah Al-Munawwarah.

RISTIWA PADA MASA HIJJATUL WADA'
Di masa wukuf terdapat beberapa peristiwa penting yang bisa dijadikan pegangan dan panduan umat Islam terhadap suatu masalah, di antaranya adalah :
a. Rasulullah SAW minum susu di atas unta supaya dilihat oleh orang ramai bahwa pada hari Arafah itu PEbeliau tidak berpuasa, namun membolehkan umat Islam berpuasa sunat.
b. Seorang sahabat jatuh dari binatang tunganggannya lalu mati, Rasulullah SAW menyuruh supaya mayat itu dikafankan dengan 2 kain ihram dan tidak membenarkan kepalanya ditutup atau diwangikan jasad dan kafannya. Sabda beliau pada ketika itu bahawa "Sahabat itu akan dibangkitkan pada hari kiamat di dalam keadaan berihram dan bertalbiyah".
c. Rasulullah SAW menjawab pertanyaan seorang ahli Najdi : "Apakah Haji itu ?". Beliau menjawab, artinya : " Haji itu berhenti di Arafah". Siapa tiba di Arafah sebelum naik fajar 10 Zulhijjah maka ia telah melaksanakan haji.
d. Turunnya ayat suci Al-Quranul Karim surat Al-Maaidah ayat 3 : “Al yauma akmaltu lakum diinakum, wa atmamtu ‘alaikum ni’matii, wa radhiitu lakumul islaama dinan …”, yang artinya : " Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan aku telah ridha Islam itu menjadi agamamu ….“. (Ayat ini turun ketika Rasulullah SAW masih berada di atas onta beliau di kaki Jabal Rahmah, suatu bukit di padang Arafah)

Benarkah Rasulullah Saw Berhaji Cuma Sekali?

Diasuh oleh:
Ust. Muhammad Muafa, M.Pd
Pengasuh Pondok Pesantren IRTAQI, Malang, Jawa Timur

Pertanyaan kirim ke: redaksi@suara-islam.com
sumber::http://www.suara-islam.com/read/index/4672/Benarkah-Rasulullah-Saw-Berhaji-Cuma-Sekali-

Asalamualaikum wr wb. Pertanyaan saya, benarkah Rosululloh melaksanakan ibadah Hajinya cuma sekali dlm seumur hidup beliau.
h.busery" <busery2560@gimail.com>


Jawaban:

Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh


Benar. Setelah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhijrah ke Madinah dan turun ayat yang mewajibkan Haji, beliau hanya sempat berhaji sebanyak satu kali yaitu Haji Wada'  pada tahun 10 H dan berumroh sebanyak empat kali. Adapun sebelum Hijrah, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji berkali-kali dan hanya Allah yang tahu berapa banyak persisnya.

Haji baru diwajibkan setelah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhijrah ke Madinah, yaitu pada tahun 6 Hijriyah (pendapat lain tahun 9 Hijriyyah). Ketika itu, turun Firman Allah yang berbunyi;

{ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا} [آل عمران: 97]

Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (Ali Imran; 97)

Namun, situasi dan kondisi perjuangan dakwah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam membuat beliau baru sanggup melaksanakan kewajiban Haji ini pada tahun 10 H bersama 100.000 lebih kaum Muslimin yang dikenal dalam sejarah dengan nama Haji Wada'  (حِجَّةُ الْوَدَاعِ), atau Haji Balagh, (حِجَّةُ الْبَلاَغِ), atau Haji Islam  (حِجَّةُ اْلإِسْلاَمِ). Dinamakan Haji Wada'  ( Haji perpisahan) karena Nabi dalam Haji tersebut mengucapkan Khutbah yang mengandung pesan perpisahan, seakan-akan itu adalah Haji yang terakhir. Dinamakan Haji Balagh (Haji penyampaian), karena pada waktu Haji tersebut Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berkhutbah dengan banyak nasihat, dan setiap kali menyampaikan satu nasihat beliau bertanya kepada hadirin: apakah aku telah menyampaikan? Dan hadirin menjawab; ya. Lalu beliau bersabda; Ya Allah saksikanlah. Dinamakan Haji Islam , karena Haji tersebut adalah satu-satunya Haji yang ditunaikan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam setelah diwajibkan. Jadi, Haji Wada'  adalah satu-satunya Haji yang ditunaikan Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam setelah diwajibkan. Haji Wada'  memiliki sejumlah nama lain sebagaimana yang telah dijelaskan, namun semuanya menunjuk satu peristiwa Haji Nabi, yaitu Haji Wada'  yang beliau lakukan pada tahun 10 H.

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam hanya berhaji satu kali setelah Hijrah adalah Hadis berikut;

سنن الترمذى - مكنز (3/ 387، بترقيم الشاملة آليا)
 Ø¹Ù† قَتَادَةُ قَالَ قُلْتُ لأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ كَمْ حَجَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ حَجَّةٌ وَاحِدَةٌ وَاعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ عُمْرَةٌ فِى ذِى الْقَعْدَةِ وَعُمْرَةُ الْحُدَيْبِيَةِ وَعُمْرَةٌ مَعَ حَجَّتِهِ وَعُمْرَةُ الْجِعِرَّانَةِ إِذْ قَسَّمَ غَنِيمَةَ حُنَيْنٍ

Dari Qatadah bercerita; "Aku bertanya kepada Anas bin Malik; 'Berapa kali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan Haji? ' Dia menjawab; 'Satu kali dan berumrah empat kali umrah'; satu kali di bulan Dzul Qa'dah, umrah Hudaibiyah, umrah bersama Haji dan umrah Ji'ronah tatkala membagi harta rampasan perang Hunain'."
 (H.R. At-Tirmidzi)

Riwayat Bukhari berbunyi;

صحيح البخاري (13/ 312)
عن زَيْدُ بْنُ أَرْقَمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزَا تِسْعَ عَشْرَةَ غَزْوَةً وَأَنَّهُ حَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ حَجَّةً وَاحِدَةً لَمْ يَحُجَّ بَعْدَهَا حَجَّةَ الْوَدَاعِ
قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ وَبِمَكَّةَ أُخْرَى

Dari Zaid bin Arqam bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas peperangan. Dan beliau melaksanakan Haji setelah Hijrah sebanyak satu kali, dan  tidak melaksanakan Haji setelah itu. Haji itu adalah Haji Wada' . (H.R. Bukhari)

Riwayat Muslim berbunyi;

صحيح مسلم (6/ 322)
عَنْ أَبِي إِسْحَقَ قَالَ سَأَلْتُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ
كَمْ غَزَوْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَ عَشْرَةَ قَالَ وَحَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَرْقَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزَا تِسْعَ عَشْرَةَ وَأَنَّهُ حَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ حَجَّةً وَاحِدَةً حَجَّةَ الْوَدَاعِ

dari Abu Ishaq ia berkata; saya bertanya kepada Zaid bin Arqam, "Berapa kali Anda berperang bersama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia menjawab, "Tujuh belas kali." Abu Ishaq berkata; Dan telah menceritakan kepadaku Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah berperang sebanyak sembilan belas kali, dan setelah Hijrah beliau mengerjakan Haji hanya sekali, yaitu Haji Wada' 
 (H.R. Muslim)

Adapun sebelum Hijrah, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam juga berhaji sebagaimana tampak dalam riwayat berikut;

صحيح البخاري (6/ 116)
عَنْ عَمْرٍو سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ
أَضْلَلْتُ بَعِيرًا لِي فَذَهَبْتُ أَطْلُبُهُ يَوْمَ عَرَفَةَ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقِفًا بِعَرَفَةَ فَقُلْتُ هَذَا وَاللَّهِ مِنْ الْحُمْسِ فَمَا شَأْنُهُ هَا هُنَا

Dari 'Amr dia mendangar Muhammad bin Jubair dari bapaknya, Jubair bin Muth'im berkata: "Aku kehilangan seekor unta milikku, maka aku keluar mencarinya pada hari 'Arafah. Disana aku melihat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam sedang wuquf di 'Arafah. Aku berkata: "Demi Allah, dia dari Al Humus (Quraisy), apa yang dilakukannya disini?".
 (H.R. Bukhari)

Jubair bin Muth'im pada saat peristiwa kehilangan untanya ini masih kafir dan baru masuk Islam  saat Fathu Mekah (pendapat lain; saat perang Khoibar). Karena itu para ulama sepakat bahawa Jubair bin Muth'im ketika melihat Nabi Wukuf di Arofah dalam riwayat ini adalah pada saat beliau masih di Mekah, artinya belum berhijrah. Karena itu, riwayat ini bermakna Nabi juga berhaji saat beliau masih di Mekah.

Namun jumlah persis berapa kali Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji saat masih di Mekah sebelum Hijrah tidak diketahui, karena tidak ada riwayat shahih yang menunjukkan hal tersebut. Adapun Hadis riwayat At-Tirmidzi yang menunjukkan bahwa Nabi berhaji dua kali sebelum Hijrah, yakni riwayat yang berbunyi;

سنن الترمذى (3/ 317)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي زِيَادٍ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَجَّ ثَلَاثَ حِجَجٍ حَجَّتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُهَاجِرَ وَحَجَّةً بَعْدَ مَا هَاجَرَ وَمَعَهَا عُمْرَةٌ فَسَاقَ ثَلَاثَةً وَسِتِّينَ بَدَنَةً وَجَاءَ عَلِيٌّ مِنْ الْيَمَنِ بِبَقِيَّتِهَا فِيهَا جَمَلٌ لِأَبِي جَهْلٍ فِي أَنْفِهِ بُرَةٌ مِنْ فِضَّةٍ فَنَحَرَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كُلِّ بَدَنَةٍ بِبَضْعَةٍ فَطُبِخَتْ وَشَرِبَ مِنْ مَرَقِهَا
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ زَيْدِ بْنِ حُبَابٍ وَرَأَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ رَوَى هَذَا الْحَدِيثَ فِي كُتُبِهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي زِيَادٍ قَالَ وَسَأَلْتُ مُحَمَّدًا عَنْ هَذَا فَلَمْ يَعْرِفْهُ مِنْ حَدِيثِ الثَّوْرِيِّ عَنْ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَأَيْتُهُ لَمْ يَعُدَّ هَذَا الْحَدِيثَ مَحْفُوظًا و قَالَ إِنَّمَا يُرْوَى عَنْ الثَّوْرِيِّ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ مُجَاهِدٍ مُرْسَلًا

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Ziyad Al Kufi telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab dari Sufyan dari Ja'far bin Muhammad dari Ayahnya dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melaksanakan Haji sebanyak tiga kali; dua kali beliau lakukan sebelum Hijrah dan satu kali setelah Hijrah beserta umrah dengan membawa enam puluh tiga ekor badanah (unta). Lalu Ali tiba dari Yaman dengan membawa sisanya, di antaranya terdapat unta Abu Jahal pada hidungnya terdapat lingkaran dari perak. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelihnya. Beliau juga memerintahkan (untuk mengambil) sebagian dari tiap-tiap unta untuk dimasak. Lalu beliau meminum kuahnya. Abu 'Isa berkata; "Ini merupakan hadits gharib dari hadits Sufyan, yang tidak kami ketahui kecuali dari hadits Zaid bin Hubab. Saya melihat Abdullah bin Abdurrahman meriwayatkan hadits ini dalam buku-bukunya, dari Abdullah bin Abu Ziyad. (Abu Isa At Tirmidzi) berkata; "Saya bertanya kepada Muhammad tentang hadits ini, namun dia tidak mengetahuinya dari hadits Ats Tsauri dari Ja'far dari ayahnya dari Jabir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.Saya melihat (Muhammad) tidak memasukannya dalam hadits yang mahfuzh, dia berkata; 'Akan tetapi diriwayatkan dari Ats Tsauri dari Abu Ishaq dari Mujahid secara mursal'." (H.R. At-Tirmidzi)

Maka, riwayat ini adalah riwayat Syadz sehingga terkategori Hadis Dhoif yang tidak bisa dijadikan pegangan. At-Tirmidzi sendiri yang meriwayatkan Hadis ini menggolongkannya sebagai Hadis Ghorib. Ketika At-Tirmidzi menanyakan kepada Bukhari kualitas Hadis ini, At-Tirmidzi memahami dari penjelasan Bukhari bahwa Hadis ini tergolong Hadis Syadz.
Ibnu Hajar Al-'Asqolani dalam kitabnya Fathul Bari, syarah Shahih Bukhari menegaskan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam berhaji berkali-kali saat berada di Mekah, namun tidak menjelaskan angka persisnya. Beliau berkata;

فتح الباري لابن حجر (12/  222)
حَجَّ قَبْل أَنْ يُهَاجِر مِرَارًا ، بَلْ الَّذِي لَا أَرْتَاب فِيهِ أَنَّهُ لَمْ يَتْرُك الْحَجّ وَهُوَ بِمَكَّة قَطُّ

"Beliau (Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam) berhaji sebelum Hijrah berkali-kali. Bahkan, yang tidak ada keraguan lagi adalah beliau tidak pernah meninggalkan Haji sama sekali pada saat di Mekah"(Fathu Al-Bari, vol. 12 hlm 222)

Jadi, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam hanya berhaji satu kali selama hidup di Madinah (setelah Hijrah), dan berhaji berkali-kali (dengan jumlah yang diketahui Allah) ketika berada di Mekah.Wallahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar